Rabu, 04 Desember 2013

asal usul baju 'bodo'

Sejarah Baju Bodo adalah pakaian tradisional perempuan
Makassar. Dalam suku Bugis baju ini disebut Waju
Tokko. Baju Bodo berbentuk segi empat, biasanya
berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku
lengan. Dalam bahasa Makassar, kata “Bodo” berarti
pendek. Baju Bodo atau Waju Tokko, sudah dikenal oleh
masyarakat Sulawesi Selatan sejak pertengahan abad
IX (pen), hal ini diperkuat dari sejarah kain Muslin, kain
yang digunakan sebagai bahan dasar Baju Bodo itu
sendiri. Kain Muslin adalah lembaran kain hasil tenunan
dari pilinan kapas yang dijalin dengan benang katun.
        Memiliki rongga dan kerapatan benang yang renggang menjadikan kain Muslin sangat cocok untuk daerah tropis dan daerah beriklim kering. Kain Muslin (Eropa) atau Maisolos (Yunani Kuno), Masalia (India Timur) dan Ruhm (Arab), tercatat pertama kali dibuat dan diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh, hal ini merujuk pada catatan seorang pedagang Arab bernama Sulaiman pada abad IX. Sementara Marco Polo pada tahun 1298 Masehi, dalam bukunya The Travel of Marco Polo, menjelaskan bahwa kain Muslin itu dibuat di Mosul (Irak) dan dijual oleh pedagang yang disebut “Musolini”. Uniknya, masyarakat Sulawesi Selatan
sudah lebih dulu mengenal dan mengenakan jenis kain ini dibanding masyarakat Eropa, yang baru mengenalnya pada abad XVII dan baru populer di Perancis pada abad XVIII.

    Sehingga tidak janggal jika pada tahun 1930-an, masih banyak ditemui perempuan Bugis- Makassar memakai Baju Bodo/Waju Tokko tanpa memakai penutup dada. Masuknya Islam dan Munculnya Baju La’bu Meski ajaran agama Islam sudah mulai menyebar dan dipelajari oleh masyarakat di Sulawesi sejak abad ke-5,
namun secara resmi baru diterima sebagai agama kerajaan pada abad ke-17. Pergerakan DII/TII di Sulawesi juga berpengaruh besar pada perkembangan Baju Bodo saat itu. Ketatnya larangan kegiatan dan pesta adat oleh DII/TII, membuat
Baju Bodo menjadi asing dikalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Larangan ini muncul mengingat penerapan syariat Islam yang diusung oleh pergerakan DII/TII. Tak pelak, pelarangan ini menjadi isu besar dikalangan para
pelaku adat dan agamawan.

     Dalam ajaran agama Islam ditegaskan bahwa, pakaian yang dibenarkan adalah pakaian yang menutup aurat, tidak menampakkan lekuk tubuh dan rona kulit selain telapak tangan dan wajah. Kontroversi ini kemudian disikapi bijak oleh kerajaan Gowa, hingga muncullah modifikasi baju bodo yang dikenal dengan nama Baju La’bu (serupa dengan Baju Bodo, tetapi lebih tebal, gombrang, panjang hingga lutut) Perlahan, Baju Bodo/Waju Tokko yang semula tipis berubah menjadi lebih tebal dan terkesan kaku. Jika pada awalnya memakai kain muslin, berikutnya baju ini dibuat dengan bahan benang sutera. Bagi golongan agamawan, adanya Baju La’bu ini adalah solusi terbaik, tidak melanggar hukum Islam dan
juga tidak menghilangkan nilai adat.

      Warna dan Arti Menurut adat Bugis, setiap warna Waju Tokko yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia
ataupun martabat pemakainya. Anak dibawah 10 tahun memakai Waju Tokko yang
disebut Waju Pella-Pella (kupu-kupu), berwarna kuning gading (maridi) sebagai pengambaran terhadap dunia anak kecil yang penuh keriangan. Warna ini adalah
analogi agar sang anak cepat matang dalam menghadapi tantangan hidup. Umur 10-14 tahun memakai Waju Tokko berwarna jingga atau merah muda. Warna merah muda dalam bahasa Bugis disebut Bakko, adalah representasi dari
kata Bakkaa, yang berarti setengah matang. Umur 14-17 tahun, masih memakai Waju Tokko berwarna jingga atau merah muda, tapi dibuat
berlapis/ bersusun dua, hal ini dikarenakan sang gadis sudah mulai tumbuh payudaranya.

        baju bodo  Juga dipakai oleh mereka yang sudah menikah tapi belum memiliki
anak. Umur 17-25 tahun memakai Waju Tokko berwarna merah darah, berlapis/ bersusun. Dipakai oleh perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak,
berasal dari filosofi, bahwa sang perempuan tadi dianggap sudah mengeluarkan darah dari rahimnya yang berwarna merah. Umur 25-40 tahun memakai Waju Tokko berwarna hitam. Waju Tokko berwarna putih digunakan oleh para inang/
pengasuh raja atau para dukun atau bissu. Para bissu memiliki titisan darah berwarna putih, inilah yang mengantarkan mereka mampu menjadi penghubung
dengan Botting Langi (khayangan), peretiwi (dunia nyata), dan ale kawa(dunia roh). Mereka dipercaya tidak memiliki alat kelamin, sehingga terlepas dari
kepentingan syahwat.

      Para putri raja, bangsawan dan keturunannya yang
dalam bahasa Bugis disebut maddara takku (berdarah bangsawan) memakai Waju Tokko berwarna hijau. Dalam bahasa Bugis, warna hijau disebut kudara, yang
berasal dari kata na-takku dara-na, yang secara harfiah berarti “mereka yang menjunjung tinggi harkat kebangsawananny a.” Waju Tokko berwarna ungu dipakai oleh para janda. Dalam bahasa Bugis, warna ungu disebut kemummu
yang juga dapat berarti lebamnya bagian tubuh yang terkena pukulan atau benturan benda keras. Dalam pranata sosial masyarakat Bugis jaman dahulu,
menikah dengan seorang janda merupakan sebuah aib. Cara Pakai dan Aksesoris Cara memakai Baju Bodo/Waju Tokko sangat mudah, layaknya seperti memakai t-shirt. Baju Bodo/Waju Tokko dikenakan dengan menggunakan bawahan
Lipa’ Sa’be (sarung sutera) yang bermotif kotak- kotak cerah.

      
Lipa’ Sa’be dipakai seperti memakai sarung yang kadang diperkuat dengan tali atau ikat pinggang agar tidak melorot. Pada bagian pinggang, Baju Bodo/Waju Tokko dibiarkan menjuntai menutupi ujung sarung bagian atas. Si pemakai biasanya memegang salah satu ujung baju bodo lalu disampirkan di lengan. Sebagai aksesoris, ditambahkan kalung, gelang panjang, anting, dan bando atau tusuk konde di kepala.
Ada pula yang menambahkan bunga sebagai penghias di rambut. Selain untuk acara adat seperti upacara pernikahan, Baju Bodo/Waju Tokko saat ini juga dipakai untuk menyambut tamu agung dan acara lainnya seperti menari.





                                                the and

8 komentar:

  1. saya mau tanya aksesoris yang dikenakan apakah juga memiliki makna tersendiri bagi orang bugis ?

    BalasHapus
  2. Oooo, githu toh caranya. dasar saya emang GAPTEK. Tepok jidat. Malu, tutup muka Sastra Bugis aja akh... dasar aku ndesooo

    BalasHapus
  3. indonesia asik ya fashionnya ...
    semoga bisa membawa manfaat bagi sesama, salam hangat dari kami,
    sprei
    sprei hotel
    sprei katun jepang
    jual sprei katun jepang
    produsen sprei katun jepang

    BalasHapus
  4. Ragam budaya di negeri kita memang luar biasa ya. Damn I love Indonesia !
    tas kulit pull up
    tas kulit bagbone

    BalasHapus
  5. Wowwww...keren ya Indonesia,, tambah lagi ilmu buat tau sejarah bangsa ini... Makasih ya ilmunya

    Tetap semangat, tetep adem bareng es krim aice jogja :)

    BalasHapus
  6. haii.. aleta.id menjual produk-produk kulit asli berkualitas tentunya nyaman saat di pakai dan menambah kepercayaan diri saat beraktifitas. yuk order sekarang di https://aleta.id/

    BalasHapus
  7. Luar biasa negara kita ini.
    Jadi kita harus bangga dengan kekayaan budaya kita tanpa harus meniru budaya dari luar

    BalasHapus